Thursday, August 20, 2015

Dealova: Cukup Untuk Kita Saja

Dealova

Aku ingin menjadi mimpi indah dalam tidurmu
aku ingin menjadi sesuatu yang mungkin bisa kau rindu
Karena langkah merapuh tanpa dirimu
Karena hati telah letih

Aku ingin menjadi sesuatu yang selalu bisa kau sentuh
Aku ingin kau tahu bahwa ku selalu memujamu
Tanpamu sepinya waktu merantai hati Oh……..
Bayangmu seakan-akan …………

Reff :
Kau seperti nyanyian dalam hatiku
Yang memanggil rinduku padamu oh………..
Kau seperti udara yang kuhela kau selalu ada
Hanya dirimu yang bisa membuatku tenang
Tanpa dirimu aku merasa hilang dan sepi

(Back to Reff)

Kau seperti nyanyian dalam hatiku
Yang memanggil rinduku padamu Oh ……….
Kau seperti udara yang kuhela
Kau selalu ada, selalu ada, dan selalu ada
Yang selalu ada dan selalu ada ………..
 By: Once



www.theway-weremember.blogspot.com
Tempat kongkow berdua, atau kadang bersama anak-anak
"Yah, kenapa sih ayah enggak mau nulis-nulis tentang bunda kayak si Anu nulis tentang istrinya.., gitu," kata saya suatu waktu pada suami saat kongkow di tempat favorit kita berdua.


 Jangan bayangkan tempat kongkow favorit kita berdua itu di cafe elit atau restoran. Tempat kongkow kita itu di halaman belakang. Saya duduk di bangku kayu kecil, ayah duduk di atas dua buah tong air yang diberi papan di atasnya. Gitu doang. Lebih enggak elitnya, area ini merupakan area saya cuci baju. Namun, tempat inilah yang paling nyaman buat kita berhaha hihi setiap harinya sambil ngopi-ngopi, sambil lihat-lihat tanaman, sambil ngegodain kucing-kucing liar yang suka ngumpul di sini.


"Si Anu yang mana?" tanya dia tak mengerti. memang si Hon ini  ( begitu dulu saya memanggilnya sebelum punya anak belerek-lerek, hehehe) udah mundur teratur dari jagad media sosial sejak beberapa tahun terakhir. Jadi kalau saya ngomongi si Anu yang populer dengan postingan pemujaan terhadap istrinya, mana dia tahu!

"Itu loh, Si Anu yang kalau posting status pasti di share puluhan orang," kata saya. Keburu Hon nanya lagi, "emang postingan apa?", maka saya buru-buru lanjutin, "Postingannya tentang istrinya loh. It's co cwit.."

"Jadi Bunda pengen ayah nulis tentang Bunda di media sosial, gitu?"tanyanya. Kerling matanya mulai menggoda. Artinya, dia tahu yang saya mau, tapi dia tak akan mau melakukan itu. Sampai kapan pun! "bukan gaya ayah!" katanya pasti.

"Eng,,,,kadang Bunda juga pengen orang lain tahu, bahwa ayah pun melakukan hal yang sama, bahkan lebih dari yang ditulis Si Anu untuk istrinya. Khan bisa menginspirasi orang lain untuk beromantis ria pada istrinya. gitu, aja kok."

"Penting banget buat orang lain tahu tentang kita? Ayah malah takut tiba-tiba Allah uji kita dengan masalah berat, kemudian endingnya malah..."katanya yang mak jleb langsung membuat saya terdiam.

Tanpa Hon melanjutkan kata-katanya, saya paham apa maksudnya. Perjalanan hidup kedepannya masih penuh misteri. Apa yang hari ini terlihat baik-baik saja, esok hari bisa diuji dengan hal yang berbeda. Itu yang dikhawatirkan suami.

Saya dan suami memang berbeda karakter. Saya ekspresif, cenderung impulsif dan langsung mengutarakan apa yang ada dalam pikiran saya saat itu juga. Sedangkan suami sebaliknya. Sebelum mengemukakan sesuatu, dia itu memilih menahan diri dulu, khawatir ucapannya itu menyinggung hati orang lain. Tapi justru itulah yang saling melengkapi kami berdua. Saat saya nerocos terus dengan segala aneka macam cerita, mulai dari cabe favorit saya yang harganya terus menjulang, sampai bau tahi ayam milik tetangga sebelah, dianya selalu mendengarkan dengan tenang. Kadang malah saya yang suka tanya, "apa Ayah enggak bosan dengerin Bunda nerocos terus?".

Karena sikap ekpresif saya pulalah, saya jadi terpancing pernah nuliskan  di blog rebellinasanty tentang sikap dia pada saya, dalam judul If Tomorrow Never Comes. Dia terharu dengan yang saya deskripsikan mengenai sikapnya pada saya. namun beberapa waktu kemudian, dia minta tulisan itu agar dihapus dari blog. "Cukup untuk kita saja," katanya. Saya pun menghapus tulisan itu selamanya dari blog, dan hanya menyimpannya di folder komputer.

Sesekali saya kepengen suami saya seperti saya, gitu. Ekspresif dalam menuangkan perasaanya terhadap saya lewat blog kek, media sosial kek, atau apalah. Apalagi saat saya lihat beberapa teman yang share status seorang suami yang begitu terlihat mencintai istrinya. Itu yang mendasari terjadinya pembicaraan di tempat kongkow favorit kami. Namun, sekali lagi, saya pun paham, bukan karakter suami saya seperti itu. 

Dia lebih suka menemani saya ketika saya di dapur bersibuk ria dengan aneka bumbu dan ulekan. Tangannya pun biasa ikut membantu mengupas bawang, kentang atau pun metik cabe. Dia juga tak canggung menggantikan popok anak-anak saat mereka bayi, menyuapi saya makan sembari saya menyusui, atau menyisiri rambut saya agar saya cepat tidur saat saya sedang lelah dan sakit? Bukannya itu contoh kecil dari banyak hal yang dia lakukan sebagai  bukti kasih sayang yang sedemikian luas untuk saya. Haruskah saya menuntutnya lagi menuliskan itu di media sosialnya agar seluruh dunia tahu?

 Pilih mana, suami saya menuliskan perasaannya tentang saya lewat tulisan yang akan dibaca seluruh dunia, tapi perhatiannya ke saya malah nihil karena lebih fokus pada tulisannya, atau suami saya lebih fokus pada melakukan tindakan nyata tanpa menuliskan apa-apa tentang hal itu? 

Pengen suami yang sayang di dunia nyata dan menuliskannya di dunia maya! Ya enggak? Setidaknya menurut saya.
"Kita bisa enggak makan, karena seharian ayah akan sibuk menuliskan apa yang ayah lakukan untuk keluarga ini," katanya. Kita pun tergelak bersama, menertawai pemaksaan konyol saya padanya.

 Pada akhirnya, saya sepakat dengannya, bahwa tak perlulah segala hal menjadi komsumsi publik. Mentang-mentang dunia seperti dalam genggaman dengan adanya media sosial dan gadget yang mempermudah itu semua, bukan berarti segala hal pun harus dibagikan di sana. Terserah kalau di orang lain, tapi tidak untuk keluarga saya. "Cukup untuk kita saja", kata saya mengutip pernyataan Hon. Seperti saat ini, sembari menikmati lantunan merdu suara Once dengan Dealova-nya lewat speaker di komputer Hon, saya pun menyadari bahwa mungkin salah satu cara suami mengutarakan isi hatinya terhadap saya adalah lewat lagu yang dia putarkan khusus buat saya.


Aku ingin menjadi sesuatu yang selalu bisa kau sentuh
Aku ingin kau tahu bahwa ku selalu memujamu
Tanpamu sepinya waktu merantai hati Oh……..
Bayangmu seakan-akan …………

Balik ngopi lagi, ah...
www.theway-weremember.blogspot.com
Add caption


2 comments:

Anonymous said...

Your thoughts are just for me
You set my spirit free
I'm happy that you do

The book of life is brief
And once a page is read
All but memories will dead
This is my belief

And yes I know how loveless life can be
The shadows follow me
And the night won't set me free
But I don't let the evening get me down
Now that you're around me...

:)

Rebellina Santy said...

lagunya Collin Raye And I Love You So..., bener khan?

Post a Comment